Namanya Sadiman, umurnya saat ini sekitar 70 tahun, seorang lelaki sederhana dari desa di ujung timur laut Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Sekitar 25 an tahun yang lalu terjadi kebakaran hebat di Bukit Gendol dekat desa Sadiman. Pohon-pohon hangus musnah, jadilah bukit itu bukit yang tandus dan gersang. Hal itu berefek pada hilangnya sumber air masyarakat sekitar untuk bertani maupun untuk kehidupan sehari-hari.

Suatu saat Sadiman berjalan jauh dari desanya mencari pakan untuk kambingnya. Di perjalanan ia melihat ada pohon beringin besar yang dibawahnya mengalir mata air. Ia pun terinspirasi untuk menanam beringin di Bukit Gendol di desanya yang saat itu gersang tandus dengan harapan akan muncul sumber air.

Ia pun memulai misinya seorang diri. Ia kumpulkan bibit bibit pohon beringin. Ia bahkan sampai menjual kambingnya untuk bisa membeli bibit beringin. Ia tanam seorang diri bibit bibit beringin itu di Bukit Gendol. Oleh warga desa, ia sempat disangka gila karena melakukan "ritual aneh" itu. Bahkan istrinya sendiri pun sempat marah karena malu diomongin tetangga.

Tapi Sadiman teguh dan yakin dengan misinya. Selama kurang lebih 20 tahunan ia tekun menanam beringin. Sampai saat ini, kurang lebih sudah 11.000 *(Sebelas Ribu !)* pohon ia tanam sendiri di area kurang lebih 600 Hektar di Bukit Gendol. 

Kini sudah bisa dilihat hasil jerih payah Mbah Sadiman. Bukit Gendol kembali menghijau dan apa yang di cita-citakanya yaitu Mata Air mengalir benar benar terwujud. Penerima manfaat air bersih dari sumber mata air Bukit Gendol adalah *5 Desa, 800 Kepala Keluarga dan 100 Hektar Sawah*. Dulu yang petani hanya panen sekali karena memanfaatkan hujan, sekarang bisa panen 2 sampai 3 kali dalam setahun. 

Sekarang tak ada yang berani mengatakanya gila. Ia sekarang dihormati sebagai Pahlawan Lingkungan. Berbagai pernghargaan ia terima, dari Bupati hingga Menteri. Banyak stasiun TV yang meliput dan mengundangnya. Sepak terjangnya menghijaukan kembali Bukit Gendol viral hingga mancanegara. TRTWorld Turkey, Reuters hingga South China Morning Post meliputnya.

Namun, Mbah Sadiman tetap sederhana dan tulus ikhlas. "Saya mendapat (penghargaan) Kalpataru itu ya biasa-biasa saja. Jawaban saya setengah-setengah. Setengah senang, setengah tidak. Cita-cita saya bukan dapat Kalpataru, tapi ingin membantu masyarakat setiap saat ada manfaatnya", begitu ujarnya.

Penulis takjub melihat air segar jernih mengalir indah diantara pepohonan Bukit Gendol. Teringat hadits Rasulullah SAW tentang 7 amal jariyah:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah:

Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan, Anak shalih yang ia tinggalkan, Mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan, Masjid yang ia bangun, Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun, *Sungai yang ia alirkan*, Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup.

Semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.” (HR. Ibnu Majah)

Dulu, berdasar penjelasan dari ustadz saya pernah saya dengar, bahwa contoh mengalirkan sungai adalah dengan membuat semacam terusan atau sudetan dari suatu sungai dengan cara menggali tanah dari pinggir sungai menuju ke tempat lain yang diinginkan agar air dapat mengalir kesana. Namun setelah melihat mata air Bukit Gendol di desa Mbah Sadiman tadi, kita bisa memaknai kembali tentang maksud "Sungai yang ia alirkan" dalam hadits tadi. Menanam pepohonan hingga kemudian muncul mata air yang mengalir membentuk sungai yang kemudian bermanfaat bagi lingkungan, hewan, tumbuhan dan umat manusia dapat kita kategorikan sebagai salah satu amal jariyah dalam hadits tersebut.

Inspirasi tentang menanam pohon dan munculnya mata air inipun ada dalam Al Qur'an;

"Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air" (QS. Yasin: 34).

Perakaran Pohon Beringin dan Pohon Kurma memang efektif mengelola air sehingga dapat memancarkan mata air, bedanya Pohon Kurma ada buahnya untuk dimakan, pohon beringin yang masih kerabat dari pohon tin ini tidak bisa dimakan buahnya. Sebagaimana lanjutan ayat diatas;

"agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur? (QS. Yasin: 35).

Dan Mbah Sadiman pun bersyukur, ia pun menuai yang ia tanam. Beberapa waktu lalu, Mbah Sadiman mendapat hadiah umroh. Ini mungkin sebagian dari ganjaran yang beliau terima atas amalnya mengalirkan mata air sungai BUkit Gendol.

Dengan wajahnya yang sederhana tulus ikhlas penuh keriput, ia berkata dengan bahasa jawa: "Kalo Saya Diambil Gusti Allah, Saya Sudah Punya Modal. Kalau Sewaktu-Waktu Meninggal Dunia, Sudah Punya Tabungan Pahala".

Ya, Mbah Sadiman sudah punya tabungan, amal jariyahnya mengalirkan sungai di Bukit Gendol yang bermanfaat hingga di masa depan lintas generasi. Dari Mbah Sadiman kita belajar tentang keyakinan, istiqomah dan keikhlasan.

Bagaimana dengan kita? Sudah siap diambil Yang Maha Kuasa? Mau membawa apa?

"Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh)." (QS. Yasin: 12).

Jogja, 9 Ramadhan 1442
Surono Sorengpati Al Wonogiri

"Pak, saya ini kesal sama Golkar dan TNI itu. Anda disuruh jadi presiden terus itu kan zalim, gitu. Anda itu punya hak momong cucu, menyirami bunga, iya kan? Masa Anda enggak bisa hidup normal sebagai manusia?”

Itulah sepenggal kalimat yang disampaikan Cak Nun kepada Presiden Soeharto, sebelum akhirnya beliau "Lengser Keprabon" mengundurkan diri dari jabatan Presiden yang telah beliau genggam selama 32 tahun. Mungkin... sekali lagi... mungkin, sepenggal kalimat humanis dari Cak Nun itulah yang membuat Pak Harto yang telah meniti karir begitu panjang, dari seorang tentara kemudian menjadi Presiden dengan segala hiruk pikuk politiknya, yang tentu butuh mental baja, namun pada akhirnya Pak Harto merindu untuk *"Momong cucu dan menyirami bunga".*

*"Bertani itu penuh kedamaian"*, ujar Pak Susno Duadji dengan senyumnya yg khas. Ya, Pak Susno mantan Kabareskrim yang dulu terkenal dengan kasus "Cicak VS Buaya", sekarang menjadi petani di kampungnya di Palembang. Yang dulunya ngurusi mengawasi tindak kriminalitas seluruh negeri, yang kelas kakap hingga kelas internasional, namun sekarang setelah pensiun memilih bertani karena menemukan kedamaian disana. Beliau tegas menolak kalo kegiatan bertaninya disebut sebagai pencintraan demi pilkada Sumsel.

Damai, bahagia... itulah akhirnya yang dicari setiap manusia. Walau kadang mereka "lupa bahagia" karena terlalu sibuk mengejar ambisinya. Dan bahagia itu ternyata sederhana.. menyirami bunga, berkumpul bermain bersama keluarga, berkebun ternak tani.

Orang Jawa membagi kebahagiaan dunia menjadi 5 unsur, yaitu: Wismo (rumah), Wanito (pesangan), Turonggo (kuda), Kukilo (burung) dan Curigo (pusaka/keris). Orang sekarang membagi kebahagiaan dunia menjadi 3: Harta, Tahta dan Wanita. Setelah pandemi ini ada sedikit perubahan, katanya, yaitu: Harta, Tahta dan Sepeda.

Namun, Allah, Sang Pencipta makhluk bernama manusia ini, menyebutkan kebahagian dunia bagi manusia adalah:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّا سِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَا لْبَـنِيْنَ وَا لْقَنَا طِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَا لْفِضَّةِ وَا لْخَـيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَا لْاَ نْعَا مِ وَا لْحَـرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَا عُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَا للّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰ بِ
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 14)

Kebahagiaan dunia ada 2:

1. Keluarga: Yaitu Wanita (pasangan hidup) dan Anak keturunan.
2. Harta. Untuk harta disebutkan 4 jenis, yaitu:
a. Dzahabi wal Fidhdhoh: Emas dan Perak
b. Khoililmusawwamah: Kuda pilihan
c. Al An'am: Hewan ternak
d. Al Harts: Sawah ladang

Keluarga kita, itulah sumber kebahagiaan. Jangan sampai kita lupa bahagia bersama keluarga dikarenakan sibuk mengejar ambisi.

Dari ayat ini dapat kita ambil petunjuk bahwa 4 jenis harta inilah yang disebut "dijadikan terasa indah" oleh Allah;

*Emas dan perak*, ia adalah harta yang tidak mengalami penurunan nilai. Di zaman Rasulullah SAW, harga kambing 1 dinar, maka sekarang pun, setalah 14 abad, dengan 1 dinar kita bisa membeli seekor kambing kualitas bagus.

*Kuda pilihan*, mungkin sekarang bergeser menjadi "sepeda pilihan" atau "motor pilihan". Namun saya yakin, walau belum pernah mempunyai dan menaikinya, bahwa kuda pilihan pasti lebih membahagiakan dan mengandug keberkahan ketika mempunyai kuda. Tak heran orang jawa memasukan "Turonggo" atau kuda sebagai salah satu unsur kebahagiaan.

*Al An'am* diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi hewan ternak. Yg dimaksud an'am adalah hewan "8 yang berpasangan" (QS. Al An'am: 143) yaitu 4 jenis hewan ternak: Kambing, domba, sapi dan unta. Jadi ayam dan bebek itu bukan an'am, tetapi thuyur (beburungan).

Kambing dan domba itu beda, yang paling mudah adalah melihat bulunya. Domba bulunya kriting dan terus bertambah panjang/tebal hingga perlu dicukur, sedang kambing bulunya lurus dan tidak terus bertambah panjang. Domba itu "sheep" sedangkan kambing adalah "goat". Di jogja, itu kebanyakan adalah sate domba sebenarnya walaupun judul warungnya adalah sate kambing. Sedang di Solo, mayoritas adalah benar sate kambing, yang dilengkapi dengan thengkleng nya.

Kita saat ini bahagia bila memakan kuliner an'am tadi, sebenarnya ada yang lebih membahagiakan, yaitu memelihara menggembalakanya:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَا لْاَ نْعَا مَ خَلَقَهَا ۚ لَـكُمْ فِيْهَا دِفْءٌوَّمَنَا فِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُوْنَ
"Dan hewan ternak telah diciptakan-Nya untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 5)

وَلَكُمْ فِيْهَا جَمَا لٌ حِيْنَ تُرِيْحُوْنَ وَحِيْنَ تَسْرَحُوْنَ 
"Dan kamu *memperoleh keindahan* padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya (ke tempat penggembalaan)."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 6)

Kita patut mencobanya, memelihara dan menggembalakan an'am agar tahu bahagianya. Bahwasanya dalam Al Qur'an ada perintah menggembala, dan uniknya itu disebut setelah perintah makan;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

كُلُوْا وَا رْعَوْا اَنْعَا مَكُمْ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يٰتٍ لِّاُولِى الـنُّهٰى
*"Makanlah dan gembalakanlah* hewan-hewanmu. Sungguh, pada yang demikian itu, terdapat *tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal*."
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 54)

Ketika makan maka kita mengambil energi dari bumi berupa bahan makanan, maka setelahnya kitapun harus memberikan kepada bumi energi kembali, yaitu dengan menggembalakan an'am yang memberikan pupuk nutrisi kepada bumi.

Namun saat ini kebanyakan orang senang memelihara "pets" sehingga semakin menjamur Petshop dimana mana.

Yang terakhir, *Al Harts* atau sawah ladang. Seperti Pak Harto dan Pak Susno Duadji, mantan tentara dan polisi yang dahulunya terbiasa dengan bedil dan bau mesiu, akhirnya mereka menemukan kebahagiaan dengan "menyirami bunga" dan bertani.

Itulah resep bahagia dari Al Qur'an, sekaligus *petunjuk* bagi kita tentang *bentuk harta* apa yang perlu kita miliki. Bila kita masih menyimpan harta dalam bentuk selain 4 jenis tsb, tentu banyak kebaikanya bila di konversi menjadi sebagaimana petunjuk Al Qur'an tadi.

Namun perlu diingat kata penutup Surat Al Imran ayat 14 tadi, *"...di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."* Bahwa keluarga dan harta tadi mustinya menjadi wasilah menuju Jannah. Anda tahu arti jannah? Jannah itu artinya Kebun. Di Jannah Allah lah kita bisa bahagia se bahagia bahagianya bahagia.

Selamat berakhir pekan. Selamat berkebun, jangan menunggu pensiun, usia senja untuk merasakan bahagianya menyirami bunga tetanaman serta memberi makan ternak anda sambil mentadaburi ciptaan Nya.

"Memayu Hayuning Bawana"

nDalem Jaranan, 18 September 2021

Surono Abdurrahman Sorengpati


Petani atau penggemar berkebun punya potensi lalai dalam mengingat Allah, bahkan sampai tingkat kufur karena tak menyadari bahwa tanaman kebun sawah ladang nya bisa tumbuh berbuah atas izin Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَدَخَلَ جَنَّتَهٗ وَهُوَ ظَا لِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚ قَا لَ مَاۤ اَظُنُّ اَنْ تَبِيْدَ هٰذِهٖۤ اَبَدًا ۙ 
"Dan dia memasuki kebunnya dengan sikap merugikan dirinya sendiri (karena angkuh dan kafir); dia berkata, Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,"
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 35)

Bagi kita yang suka berkebun di halaman rumah sekalipun punya potensi lalai seperti itu juga. Tak hanya berkebun sayur ataupun buah, berkebun tanaman hias ataupun memelihara hewan juga berpotensi lalai dari mengingat Allah.

Bahwa tanaman yg tumbuh dari benih itu, Allah lah yang menumbuhkan;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَحْرُثُوْنَ ۗ 
"Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam?"

ءَاَنْتُمْ تَزْرَعُوْنَهٗۤ اَمْ نَحْنُ الزّٰرِعُوْنَ
"Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan?"

(QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 63 - 64)

Bahwa bunga bunga itu indah dan harum tanpa kita semprot parfum;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَا لْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَا لرَّيْحَا نُ ۚ 
"dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya."

فَبِاَ يِّ اٰلَآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 12 - 13)

Suatu saat, Almarhum Pakdhe Kelik, saudara kami silaturahim ke rumah. Beliau di teras sambil melihat kolam kecil kami yang berisi ikan warna warni;

"Iwak kok apike koyo ngono, Masya Allah. Awake dewe ora iso ngecet iwak koyo ngono kuwi" (Ikan kok bagusnya seperti itu, Masya Allah. Kita tidak bisa mengecat/mewarnai ikan seperti itu).

Ya, begitulah seharusnya orang beriman, selalu mengingat Allah dalam berbagai situasi;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَا مًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَا طِلًا  ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَا بَ النَّا رِ
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 191)

Maka dalam Al Qur'an dicontohkan agar kita berdoa ketika memasuki kebun atau sejenisya yaitu taman, sawah ladang maupun peternakan supaya terhindar dari sifat angkuh dan kafir serta agar selalu mengingat Allah. Doa tsb ada dalam kisah Ashabul Jannatain di Surat Al Kahfi;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَوْلَاۤ اِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَآءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِا للّٰهِ ۚ اِنْ تَرَنِ اَنَاۡ اَقَلَّ مِنْكَ مَا لًا وَّوَلَدًا ۚ 
"Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan Masya Allah, la quwwata illa billah (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud), tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 39)

"Masya Allah, La quwwata illa billah".

Selamat berkebun !

#NgajiTani

Bantul, 26 Juni 2021

Surono Abdurrahman Sorengpati
IG @kebunmizan

Burung dipilih Allah sebagai sarana menambah keimanan kekasih Nya:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاِ ذْ قَا لَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰى ۗ قَا لَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗ قَا لَ بَلٰى وَلٰـكِنْ لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِيْ ۗ قَا لَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗ وَا عْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati. Allah berfirman, Belum percayakah engkau? Dia (Ibrahim) menjawab, Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap). Dia (Allah) berfirman, Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu, kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera. Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 260)

Burung dari tanah dipilih Allah sebagai mukjizat agar Bani Israil beriman:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَرَسُوْلًا اِلٰى بَنِيْۤ اِسْرٰٓءِيْلَ ۙ اَنِّيْ قَدْ جِئْتُكُمْ بِاٰ يَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ ۙ اَنِّيْۤ اَخْلُقُ لَـكُمْ مِّنَ الطِّيْنِ كَهَیْــئَةِ الطَّيْرِ فَاَ نْفُخُ فِيْهِ فَيَكُوْنُ طَيْرًا بِۢاِذْنِ اللّٰهِ ۚ وَاُ بْرِئُ الْاَ كْمَهَ وَا لْاَ بْرَصَ وَاُ حْيِ الْمَوْتٰى بِاِ ذْنِ اللّٰهِ ۚ وَ اُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُوْنَ وَمَا تَدَّخِرُوْنَ ۙ فِيْ بُيُوْتِكُمْ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يَةً لَّـكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ۚ 
"Dan sebagai rasul kepada Bani Israil (dia berkata), Aku telah datang kepada kamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beri tahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu orang beriman."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 49)

Dari sekian banyak makhluk Nya, secara khusus burung disebut sebagai makhluk yg senantiasa bertasbih:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَفَهَّمْنٰهَا سُلَيْمٰنَ ۚ وَكُلًّا اٰتَيْنَا حُكْمًا وَّعِلْمًا ۖ وَّسَخَّرْنَا مَعَ دَاوٗدَ الْجِبَا لَ يُسَبِّحْنَ وَا لطَّيْرَ ۗ وَكُنَّا فٰعِلِيْنَ
"Maka Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat); dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu, dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya."
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 79)


اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُسَبِّحُ لَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ وَا لطَّيْرُ صٰٓـفّٰتٍ ۗ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَا تَهٗ وَتَسْبِيْحَهٗ ۗ وَا للّٰهُ عَلِيْمٌ بِۢمَا يَفْعَلُوْنَ
"Tidakkah engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh telah mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan."
(QS. An-Nur 24: Ayat 41)

Bahkan burung bisa melakukan kegiatan spionase, lebih canggih dari drone, karena ia bisa melaporkan hasil spionasenya:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَجَدْتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُوْنَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ اَعْمَا لَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُوْنَ ۙ 
"Aku (burung Hud-hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk,"
(QS. An-Naml 27: Ayat 24)

Dan burung juga menjadi tentara Allah yang menghancurkan para orang dzalim:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَا بِيْلَ ۙ 
"Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,"
(QS. Al-Fil 105: Ayat 3)

تَرْمِيْهِمْ بِحِجَا رَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍ ۙ 
"yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar,"
(QS. Al-Fil 105: Ayat 4)

Burung pun membawa ruh para syahid terbang di taman taman surga.

Hingga pada akhirnya, daging burung menjadi hidangan para penghuni surga ditemani Hurun'in:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَ ۗ 
"dan daging burung apa pun yang mereka inginkan,"
(QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 21)

Thoyr atau Thuyur, diterjemahkan sebagai burung. Termasuk bagian dari thuyur adalah ayam. Dalam ayat diatas: "Daging burung" dapat dimaknai pula sebagai daging ayam. Seperti hal nya di dunia saat ini, daging ayam menjadi makanan favorit di seluruh penjuru dunia, ayam goreng atau fried chicken salah satunya, kesukaan Upin dan Ipin.

Salah satu Thuyur yang istimewa adalah Ayam Jantan atau Jago:

“Apabila kalian mendengar ayam berkokok, mintalah karunia Allah (berdoalah), karena dia melihat malaikat. Dan apabila kalian mendengar ringkikan keledai, mintalah perlindungan  kepada Allah dari setan, karena dia melihat setan.” (HR. Bukhari 3303 dan Muslim 2729)

Jago dan Malaikat, sesama makhluk Allah yang bertasbih.

Al-Hafidz Ibn Hajar mengatakan:

Ayam jantan memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki binatang lain, yaitu mengetahui perubahan waktu di malam hari. Dia berkokok di waktu yang tepat dan tidak pernah ketinggalan. Dia berkokok sebelum subuh dan sesudah subuh, hampir tidak pernah meleset. Baik malamnya panjang atau pendek. Karena itulah, sebagian syafiiyah memfatwakan untuk mengacu kepada ayam jantan yang sudah terbukti, dalam menentukan waktu. (Fathul Bari, 6/353)

Dalam hadis dari Zaid bin Khalid al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَسُبُّوا الدِّيكَ فَإِنَّهُ يُوقِظُ لِلصَّلَاةِ

Janganlah mencela ayam jago, karena dia membangunkan (orang) untuk shalat. (HR. Ahmad 21679, Abu Daud 5101, Ibn Hibban 5731 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Ingin mempunyai Alarm Alami untuk bangun sholat malam? Cobalah pelihara Ayam Jago, jangan lupa dengan pasanganya.

#NgajiTani

Bantul, 19 Juni 2021

Surono Abdurrahman Sorengpati
IG @kebunmizan

Sudah 2 kali Ramadhan ini kita lalui dalam suasana pandemi Covid 19, dan entah kapan pandemi ini berakhir. Pandemi covid 19 ini peristiwa besar yang berskala global dan berdampak pula kepada kita umat Islam, khususnya berdampak pada ritual ibadah kita.

Masih kita ingat, dulu awal pandemi covid 19, sholat jumat sempat ditiadakan. Kemudian untuk sholat berjamaah di masjid pun sampai sekarang kita harus laksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat, yang itu membuat kita sementara harus tidak mengikuti aturan fikih sholat yg dulu sebelum pandemi biasa kita lakui, yaitu merapatkan shof dan wajah tidak tertutup (tidak memakai masker).

Salah satu kesempurnaan sholat berjamaah adalah meluruskan dan merapatkan shof, serta ketentuan fikih sholat adalah tidak menutup wajah, bahkan wanita yg memakai cadarpun, ketika sholat harus dibuka cadarnya. Namun kini aturan merapatkan shof dan tidak menutup wajah ini sementara ini tidak bisa kita lakukan karena melakukan protokol kesehatan, menjaga jarak dan memakai masker demi menjaga nyawa umat yang berharga.

Bila kita buka sejarah, dari sejak Rasulullah SAW diutus , maka tidak kita temui peristiwa besar berskala global yg sampai mempengaruhi rukun Islam seperti peristiwa pandemi covid 19 ini.

Dari awal pandemi ini muncul, banyak pro kontra tentang covid ini. Ada yg menuduh ini hanya rekayasa. Ada pro kontra tentang aturan menjaga jarak dan memakai masker ketika sholat jamaah. Ada juga pro kontra tentang vaksinasi covid 19. Tapi ada satu hal yg bisa kita sepakati bahwa virus covid 19 ini tidak membahayakan sedikitpun bagi orang yang mempunyai imunitas tubuh yang prima, bila terkena covid 19 mereka tidak bergejala sama sekali, atau kita sebut OTG.

Ada satu hadits yang berbunyi:

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan,” (HR. Muslim).

Dulu kita bayangkan mukmin yang kuat itu adalah orang yang perkasa, pemberani, kuat berjihad, dsb. Namun dari peristiwa pandemi covid 19 ini, bisa kita tambahkan pengertian mukmin yang kuat dalam hadits tsb adalah mukmin yang mempunyai sistem imunitas tubuh yang kuat sehingga bila virus atau bakteri jahat masuk ke tubuhnya maka itu bisa dikalahkan oleh sistem imunitas tubuhnya. Bila semua mukmin kuat tubuhnya, termasuk sistem imun nya, maka tentulah bisa melaksanakan ibadah utamanya yaitu sholat (dan yang laki laki berjamaah ke masjid) dengan lebih sempurna, yaitu dengan merapatkan shof dan tanpa memakai masker agar wajahnya tidak tertutup sesuai ketentuan fikih.

Maka, semaksimal mungkin mengamalkan hadits tsb diatas agar menjadi mukmin yang kuat, termasuk kuat imun nya sehingga lebih dicintai Allah dan agar bisa lebih sempurna beribadah, adalah sangat patut untuk semua muslim ikhtiarkan sekuat tenaga. Ditambah lagi catatan bahwa vaksin covid 19 yg kita trima saat ini belum tentu efektif bagi setiap individu serta bahwa virus covid 19 ini terus saja bermutasi, maka mempunyai imun yg kuat adalah sebuah keharusan yg patut diikhtiarkan.

Apakah Allah memberi kita petunjuk agar mempunyai tubuh dan imun yang kuat? Pastilah Allah memberikan petunjuknya di Al Qur'an.

Saya pernah bertanya ke orang yang dirawat di rumah sakit karena covid dan juga pernah menanyakan tentang perawatan pasien covid ke seorang dokter, maka yang dilakukan adalah menjaga dan meningkatkan imun sang pasien. Meningkatkan imun itu ditempuh dengan cara yaitu memberi asupan makanan yang bergizi tinggi, termasuk didalamnya multivitamin, dan yang kedua adalah pasien diminta berjemur agar proses pembentukan vitamin D dalam tubuhnya bisa berjalan.

Para ahli kesehatan menyatakan bahwa pembentukan imunitas tubuh itu utamanya terjadi di dalam pencernaan manusia atau dalam perut kita, maka semakin sehat dan bergizi makanan yg kita makan, maka semakin baiklah imun kita. Selain makanan, para ahli kesehatan menyatakan vitamin D berpengaruh besar terhadap imun tubuh, maka kita ingat dulu awal awal pandemi, kita diminta agar rajin berjemur sekitar jam 10 pagi, namun sekarang ini, kegiatan berjemur sudah mulai dilupakan.

Kalau kita baca kisah Ashabul Kahfi dalam Al Qur'an surat Al Kahfi, bahwa mereka 7 pemuda yang ditidurkan Allah di dalam gua selama 309 tahun. Ketika bangun, mereka tidak menua dan tidak sakit, padahal 309 tahun tanpa makan minum. Tentulah itu mukjizat dari Allah. Namun bila kita baca lagi surat Al Kahfi ayat 17, walaupun mereka berhenti makan minum selama 309 tahun, tetapi masih ada suatu hal yang Allah atur agar tetap mereka dapatkan walau di dalam gua, yaitu sinar matahari;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَتَرَى الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزٰوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَا تَ الْيَمِيْنِ وَاِ ذَا غَرَبَتْ تَّقْرِضُهُمْ ذَا تَ الشِّمَا لِ وَهُمْ فِيْ فَجْوَةٍ مِّنْهُ ۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ ۗ مَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۚ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا
"Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas di dalam (gua) itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 17)

Dari sini kita bisa ambil hikmah betapa pentingnya sinar matahari bagi kelangsungan hidup manusia. Makan minum boleh sementara berhenti, tetapi sinar matahari tetap rutin di dapat setiap hari. Dari ilmu pengetahuan modern dan dari peristiwa pandemi covid 19 ini bisa kita ketahui bahwa ternyata sinar matahari diperlukan tubuh untuk memproduksi vitamin D yang bermanfaat untuk imun tubuh. Itu pun yang baru diketahui oleh ilmu pengetahuan manusia, sangat mungkin masih banyak hal lagi yang belum mampu diungkap manusia tentang manfaat sinar matahari bagi tubuh. Allah yang menciptakan manusia dan alam semesta lah yang lebih tahu.

Kemudian selanjutnya di ayat 19 dikisahkan, setelah bangun, para ashabul kahfi tentulah merasa lapar, maka disuruhlah salah satunya untuk membeli makanan ke kota, namun sebelumnya diberi pesan agar memperhatikan makanan yang akan dibeli, agar memilih makanan yang lebih baik. Jadi, walaupun kelaparan, kualitas makanan harus tetap diperhatikan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَآءَلُوْا بَيْنَهُمْ ۗ قَا لَ قَآئِلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ ۗ قَا لُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۗ قَا لُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ ۗ فَا بْعَثُوْۤا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖۤ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَاۤ اَزْكٰى طَعَا مًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا
"Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, Sudah berapa lama kamu berada (di sini)? Mereka menjawab, Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari. Berkata (yang lain lagi), Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan *hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik*, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 19)

Bila kita baca terjemah dari Kemenag maka kalimat "azka tho'am" diterjemahkan dengan "makanan yang lebih baik". Ada terjemah yang insyaa Allah lebih tepat untuk kata azka, yaitu murni. Jadi "azka tho'am" itu artinya adalah makanan yang murni. Murni itu artinya tidak tercampuri hal hal yg buruk atau terkontaminasi. Misal susu murni itu maksudnya susu yang masih asli dari hewan, tidak diolah dan ditambahi bahan bahan tertentu yang tidak alami. Dari ayat tsb bisa kita ambil hikmah bahwa para pemuda ashabul kahfi ini mempunyai kebiasaan atau pola makan yang baik, yaitu memilih hanya makanan yang murni saja sehingga tubuh merekapun sehat, maka ketika ditidurkan selama 309 tahun pun tetap awet muda.

Sekarang, coba kita lihat pola hidup dan pola makan kita. Kita jarang terkena sinar matahari, apalagi yang kerja kantoran dari pagi sampai petang. Kemudian lihat makanan kita yang sudah tidak murni dengan ditambahkanya pengawet, pewarna dan perasa buatan atau kimia yang itu semua membuat rusak sistem pencernaan kita secara perlahan lahan. Dampaknya mungkin tdk langsung terasa, tapi nanti setelah beberapa tahun maka dampaknya mulai muncul dengan banyaknya penyakit dan keluhan kesehatan.

Dari mengambil ibrah kisah ashabul kahfi tadi, mari kita ikhtiar menguatkan imunitas tubuh kita dengan;

1. Memilih makanan yang murni, tidak berpengawet, berperasa, berpewarna. Ada istilah gaya hidup "Farm to Table", atau dari kebun ke meja (makan). Itu adalah pola makan dengan memakan pangan fresh dari kebun, artinya makanan tsb tdk melalui proses pengolahan berlebihan yg bisa mengakibatkan rusak atau hilangnya zat gizi. Bukankah mirip seperti itu pola makan para penduduk surga? Yaitu mereka memetik buah buahan langsung dari pohon (yg mudah diraih) dan langsung memakanya.

2. Rutin berjemur sinar matahari setiap hari, kurang lebih 15 menit antara jam 10 s.d. 11 pagi sebagaimana disarankan oleh ahli kesehatan. Ada saran yg pernah saya dapat dari dokter, bila kita tak punya banyak waktu, maka bisa berjemur cukup 5 menit saja dng hasil yg maksimal, tetapi syaratnya harus membuka baju atasan, sehingga banyak permukaan tubuh yg terkena sinar matahari.

Semoga dengan ikhtiar tsb, tubuh dan imun kita makin kuat, dan semoga kita semua bisa segera kembali beribadah sholat dengan mengikuti ketentuan fikih secara sempurna serta kita semakin yakin bahwa Al Qur'an adalah mukjizat dari Allah yang menjelaskan segala sesuatu, ...Tibyanallikullisyai'... (QS. An Nahl: 89)

Oleh: Surono Abdurrahman Sorengpati
Disampaikan pada kultum subuh di Masjid Al Iklhas Jaranan Banguntapan Bantul
17 Ramadhan 1442 H

IG @kebunmizan

Santai. Begitu gambaran yang saya dapatkan membaca ayat ayat tentang surga.

Duduk santai bersandar....

مُتَّكِــئِيْنَ عَلٰى فُرُشٍۢ بَطَآئِنُهَا مِنْ اِسْتَبْرَقٍ ۗ وَجَنَاالْجَـنَّتَيْنِ دَا نٍ ۚ 
"Mereka bersandar di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutra tebal. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat." (QS. Ar-Rahman 55: Ayat 54)

Tetap pada posisi wuenak - PW, kata orang sekarang - tak perlu beranjak dari sandaran tuk memetik buah buahan yang bergelantungan berbagai macam....

فِيْهِمَا فَا كِهَةٌ وَّنَخْلٌ وَّرُمَّا نٌ ۚ 
"Di dalam kedua surga itu ada buah-buahan, kurma, dan delima." (QS. Ar-Rahman 55: Ayat 68)

Pengen minum? Tak usah beranjak dari sandaran, sudah ada yang menyajikan...

مُّتَّكِــئِيْنَ عَلَيْهَا مُتَقٰبِلِيْنَ
"mereka bersandar di atasnya berhadap-hadapan."

يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَا نٌ مُّخَلَّدُوْنَ ۙ 
"Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,"

بِاَ كْوَا بٍ وَّاَبَا رِيْقَ ۙ وَكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍ ۙ 
"dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir," (QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 16-18)

"Wis, mulyo tenan !" Orang jawa bilang. Pengen makan buah buahan tak perlu repot menanam, pengen minum tak perlu repot menyiapkan.

Namun, nanti ada penghuni surga yang unik. Walau sudah tersedia semua yang buah dan tanaman yg diinginkan, ia meminta izin kepada Robb nya untuk menanam tanaman.

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ’anhu bahwasanya Nabi shollallohu ’alaihi wa sallam pada suatu hari berbincang dengan para sahabat sedang di sisi beliau ada orang badui. Beliau berkata: ’Bahwasanya ada salah seorang penghuni surga yang meminta izin kepada Robb-Nya untuk bercocok tanam , maka Alloh berkata kepadanya: ”Bukankah kamu telah memperoleh apa yang kamu kehendaki?” Dia menjawab: ”Betul, akan tetapi aku suka bercocok tanam.” Rosululloh kemudian bersabda: ’Kemudian penghuni surga itu menaburkan benih, dalam sekejap mata dihadapannya benih itu telah menjadi tanaman yang matang dan siap dipanen. Tanaman tersebut terkumpul seperti gunung. Lalu Alloh berkata: ”Ambillah wahai anak adam, sesungguhnya tidak ada yang bisa membuatmu kenyang”. Orang badui itu lalu bekomentar: ”Demi Alloh, aku tidak mendapati petani tersebut kecuali orang Quraisy atau Anshor karena mereka adalah orang-orang yang suka bercocok tanam.” Mendengarkan perkataan tersebut, Nabi sholallohu ’alaihi wa sallam tertawa.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori. Ibnul Qoyyim Al Jauziyah membahas hadits tersebut di kitab Hadil Arwaah ila Biladil Afraah, yang dalam edisi Indonesianya berjudul *Tamasya Ke Surga*, di Bab Tanaman Surga.

Ya, menanam itu kegiatan di dunia yang membahagiakan, bahkan ketika sudah sampai di surga pun, para mukmin yang suka bertanam di dunia, kangen sekali untuk bertanam kembali, maka mereka pun minta izin kepada Rabb nya untuk bertanam di tanah surga.

Dari celetukan orang badui dalam hadits diatas, kita pun mendapat informasi bahwa orang Quraisy atau Anshar pada zaman Rasulullah SAW adalah kaum yang suka bercocok tanam, sehingga sang badui yakin bahwa merekalah yang disebut Rasulullah SAW bercocok tanam kembali di surga.

Dalam Al Qur'an dapat kita temukan bahwa manusia selaku Khalifatullah Fil Ardhi, diperintahkan untuk memakmurkan bumi...

وَاِ لٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًا ۘ قَا لَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَـكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗ هُوَ اَنْشَاَ كُمْ مِّنَ الْاَ رْضِ وَا سْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَا سْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْۤا اِلَيْهِ ۗ اِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ
"dan kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari Bumi (tanah) dan *menjadikanmu pemakmurnya*, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya)."
(QS. Hud 11: Ayat 61)

Rasulullah SAW pun memotivasi kita untuk bertanam...

“Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanamnya sebelum terjadinya kiamat maka *hendaklah dia menanamnya*.” (HR. Imam Ahmad)

Saya sudah menanam beberapa tanaman di teras rumah, sebagian besar di pot atau planterbag. Saya memilih menanam tanaman yang disebut dalam Al Qur'an: Anggur, pisang, kurma, tin, bidara dan labu. Alhamdulillah, membahagiakan.

Jadi, ayo mari bertanam, karena menanam itu membahagiakan.

Mari bertanam, merealisasikan tugas kita sebagai Khalifatullah Fil Ardhi pemakmur bumi.

Mari bertanam, mengamalkan perintah Rasulullah SAW.

Dan, semoga kita bisa ber reuni, berkebun, menanam bersama di tanah surga bersama para Sahabat Quraisy dan Anshar.

nDalem Jaranan, 28 Nopember 2020
Surono Abdurrahman Sorengpati
#NgajiTani
IG @kebunmizan

Allah menciptakan mizan, keseimbangan:

وَا لسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيْزَا نَ ۙ 
"Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan,"
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 7)
Yt³n7⅞
Keseimbangan di langit:

اَلشَّمْسُ وَا لْقَمَرُ بِحُسْبَا نٍ ۙ 
"Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan,"
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 5)

Dan keseimbangan di bumi:

وَّا لنَّجْمُ وَا لشَّجَرُ يَسْجُدٰنِ
"dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada-Nya)."
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 6)

Apakah rumput dan pohon berpengaruh pada keseimbangan benda benda di langit?

Jawabnya adalah YA !

Ketika pohon pohon ditebang dengan masif tanpa manusia mau menanamnya kembali, maka udara memanas, es di kutub perlahan mencair sehingga masa bumi mengalami pergeseran dari kutub ke equator, akibatnya rotasi dan evolusi bumi terganggu yang berefek pada bulan, matahari dan benda benda langit lainya bisa bertubrukan.

Maka Allah mengingatkan:

اَ لَّا تَطْغَوْا فِى الْمِيْزَا نِ
"agar kamu jangan merusak keseimbangan itu."
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 8)

dan memerintahkan:

وَاَ قِيْمُوا الْوَزْنَ بِا لْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيْزَا نَ
"Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu."
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 9)

Ya, kita *diperintah Allah* untuk:

*Aqimul Wazna bil Qisthi*: Menegakan Keseimbangan itu dengan adil.

Dan

*La tukhsirul mizan*: Jangan mengurangi keseimbangan.

Bagaimana mengamalkan surah Ar Rahman ayat Sembilan ini? Ya, dengan *menanam*.

Dan Allah Ar Rahman, Maha Pengasih, ketika kita menegakan mizan dengan menanam, maka6uiAllah beri bonus buah buahan, biji bijian dan heharuman:

وَا لْاَ رْضَ وَضَعَهَا لِلْاَ نَا مِ ۙ 
"Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk(-Nya),"
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 10)

فِيْهَا فَا كِهَةٌ وَّا لنَّخْلُ ذَا تُ الْاَ كْمَا مِ ۖ 
"di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang,"
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 11)

وَا لْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَا لرَّيْحَا نُ ۚ 
"dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya."
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 12)

Apa yang susah payah kita tanam ada
hasil yang kita tuai, padahal bagaimanapun juga kita harus menanam walau tanpa hasil panen demi menjaga keseimbangan alam semesta yang kita tinggali dengan nyaman, maka pantaslah Allah menanyakan *berulang ulang*:

فَبِاَ يِّ اٰلَآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 13)

Darimana kita mulai mengamalkan Surah Ar Rahman ayat Sembilan ini?

Sebelumnya, patut kita menauladani Muhammadiyah yang amal usahanya melintas abad menebar barokah untuk ummat. Panti Asuhan, PKU, TK hingga Universitas Muhammadiyah menyebar dari ujung barat hingga timur Indonesia. Tahukah anda itu semua berawal dari surat pendek Al Ma'un yang diajarkan oleh KH. Ahmad Dahlan kepada para santrinya? Ya, tapi tak berhenti pada membaca, menghafal, mentadaburi dan membaca tafsirnya, KH. Ahmad Dahlan mengajak santrinya mengamalkan surat tersebut dengan memuliakan anak yatim. Darisinilah cikal bakal Panti Asuhan Muhammadiyah yang eksis hingga sekarang, berkah dari mengamalkan ayat ayat Al Qur'an.

Kembali ke Ar Rahman ayat Sembilan, kami mulai bersemangat menanam, kalau dulu hanya sekedarnya, sebagai hiburan, keindahan dan harapan adanya buah yang dihasilkan, maka sekarang ada spirit baru, yaitu mengamalkan Al Qur'an yaitu *Aqimul Mizan*, menjalankan perintah Allah menegakan keseimbangan.

Karena belum punya kebun ataupun ladang, kami mulai menanam di halaman rumah. Ada yang langsung di tanah, ada yang di pot atau planterbag.

Kami menanam tanaman tanaman yang disebut dalam Al Qur'an:

Pisang; jenis cavendish, raja dan kepok:

وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍ ۙ 
"dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),"
(QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 29)

Labu; yang disebut dalam kisah Nabi Yunus a.s.:

وَاَ نْۢبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِّنْ يَّقْطِيْنٍ ۚ 
"Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu."
(QS. As-Saffat 37: Ayat 146)

Anggur; jenis Ninel, Akademik dan Banana. Anggur disebut berulang ulang dalam Al Qur'an, salah satunya:

وَّ عِنَبًا وَّقَضْبًا ۙ 
"dan anggur dan sayur-sayuran,"
(QS. 'Abasa 80: Ayat 28)

Saya ingin menanam juga kurma, namun belum mendapatkan bibit kurma tropis. Tak sebatas itu, kami juga menanam tanaman tanaman lain, bunga bunga an, mangga, nangka, belimbing walau cuma sepohon sepohon.

Tentu bila ingin tumbuh dengan baik dan juga menghasilkan buah, maka ada ilmu yang harus dipelajari. Ilmu sebelum amal. Dari internet anda bisa mendapat banyak ilmu tentang bertanam ini, saya sangat menyarankan dengan sistem organik. Dalam sistem organik kita mengamalkan *La Tukhsirul Mizan*, Jangan mengurangi keseimbangan ! Karena bila dengan pupuk kimia secara jangka panjang dapat mencemari lingkungan yang artinya turut mengurangi keseimbangan alam.

Dalam sistem organik, maka bertanam memerlukan juga beternak. Limbah bertanam untuk makanan hewan, limbah beternak untuk pupuk tanaman. Di tulisan bagian kedua nanti kita bahas bab beternak ini yang merupakan sebuah mata rantai dalam memakmurkan bumi, maka bertanam dan beternak perlu integrasi yang ini bisa dilakukan di rumah. Dari limbah dapur kita bisa menghidupi ternak dan tanaman kita.

Sudah tergugah untuk bertanam?

*Tidaklah seorang Muslim menanam pohon, kecuali buah yg dimakannya menjadi sedekah, dicuri menjadi sedekah, dimakan binatang buas menjadi sedekah, dimakan burung menjadi sedekah, dan tidak diambil seseorang kecuali menjadi sedekah*.
(HR. Imam Muslim & Imam Ahmad).

Salam Pemakmur Bumi !

#NgajiTani

Baiti Jannati Farm, 27 September 2020
Surono Abdurrahman Sorengpati
IG @kebunmizan