INSPIRASI DARI SURAT AL KAHFI; COVID, IMUN DAN SINAR MATAHARI


Sudah 2 kali Ramadhan ini kita lalui dalam suasana pandemi Covid 19, dan entah kapan pandemi ini berakhir. Pandemi covid 19 ini peristiwa besar yang berskala global dan berdampak pula kepada kita umat Islam, khususnya berdampak pada ritual ibadah kita.

Masih kita ingat, dulu awal pandemi covid 19, sholat jumat sempat ditiadakan. Kemudian untuk sholat berjamaah di masjid pun sampai sekarang kita harus laksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat, yang itu membuat kita sementara harus tidak mengikuti aturan fikih sholat yg dulu sebelum pandemi biasa kita lakui, yaitu merapatkan shof dan wajah tidak tertutup (tidak memakai masker).

Salah satu kesempurnaan sholat berjamaah adalah meluruskan dan merapatkan shof, serta ketentuan fikih sholat adalah tidak menutup wajah, bahkan wanita yg memakai cadarpun, ketika sholat harus dibuka cadarnya. Namun kini aturan merapatkan shof dan tidak menutup wajah ini sementara ini tidak bisa kita lakukan karena melakukan protokol kesehatan, menjaga jarak dan memakai masker demi menjaga nyawa umat yang berharga.

Bila kita buka sejarah, dari sejak Rasulullah SAW diutus , maka tidak kita temui peristiwa besar berskala global yg sampai mempengaruhi rukun Islam seperti peristiwa pandemi covid 19 ini.

Dari awal pandemi ini muncul, banyak pro kontra tentang covid ini. Ada yg menuduh ini hanya rekayasa. Ada pro kontra tentang aturan menjaga jarak dan memakai masker ketika sholat jamaah. Ada juga pro kontra tentang vaksinasi covid 19. Tapi ada satu hal yg bisa kita sepakati bahwa virus covid 19 ini tidak membahayakan sedikitpun bagi orang yang mempunyai imunitas tubuh yang prima, bila terkena covid 19 mereka tidak bergejala sama sekali, atau kita sebut OTG.

Ada satu hadits yang berbunyi:

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan,” (HR. Muslim).

Dulu kita bayangkan mukmin yang kuat itu adalah orang yang perkasa, pemberani, kuat berjihad, dsb. Namun dari peristiwa pandemi covid 19 ini, bisa kita tambahkan pengertian mukmin yang kuat dalam hadits tsb adalah mukmin yang mempunyai sistem imunitas tubuh yang kuat sehingga bila virus atau bakteri jahat masuk ke tubuhnya maka itu bisa dikalahkan oleh sistem imunitas tubuhnya. Bila semua mukmin kuat tubuhnya, termasuk sistem imun nya, maka tentulah bisa melaksanakan ibadah utamanya yaitu sholat (dan yang laki laki berjamaah ke masjid) dengan lebih sempurna, yaitu dengan merapatkan shof dan tanpa memakai masker agar wajahnya tidak tertutup sesuai ketentuan fikih.

Maka, semaksimal mungkin mengamalkan hadits tsb diatas agar menjadi mukmin yang kuat, termasuk kuat imun nya sehingga lebih dicintai Allah dan agar bisa lebih sempurna beribadah, adalah sangat patut untuk semua muslim ikhtiarkan sekuat tenaga. Ditambah lagi catatan bahwa vaksin covid 19 yg kita trima saat ini belum tentu efektif bagi setiap individu serta bahwa virus covid 19 ini terus saja bermutasi, maka mempunyai imun yg kuat adalah sebuah keharusan yg patut diikhtiarkan.

Apakah Allah memberi kita petunjuk agar mempunyai tubuh dan imun yang kuat? Pastilah Allah memberikan petunjuknya di Al Qur'an.

Saya pernah bertanya ke orang yang dirawat di rumah sakit karena covid dan juga pernah menanyakan tentang perawatan pasien covid ke seorang dokter, maka yang dilakukan adalah menjaga dan meningkatkan imun sang pasien. Meningkatkan imun itu ditempuh dengan cara yaitu memberi asupan makanan yang bergizi tinggi, termasuk didalamnya multivitamin, dan yang kedua adalah pasien diminta berjemur agar proses pembentukan vitamin D dalam tubuhnya bisa berjalan.

Para ahli kesehatan menyatakan bahwa pembentukan imunitas tubuh itu utamanya terjadi di dalam pencernaan manusia atau dalam perut kita, maka semakin sehat dan bergizi makanan yg kita makan, maka semakin baiklah imun kita. Selain makanan, para ahli kesehatan menyatakan vitamin D berpengaruh besar terhadap imun tubuh, maka kita ingat dulu awal awal pandemi, kita diminta agar rajin berjemur sekitar jam 10 pagi, namun sekarang ini, kegiatan berjemur sudah mulai dilupakan.

Kalau kita baca kisah Ashabul Kahfi dalam Al Qur'an surat Al Kahfi, bahwa mereka 7 pemuda yang ditidurkan Allah di dalam gua selama 309 tahun. Ketika bangun, mereka tidak menua dan tidak sakit, padahal 309 tahun tanpa makan minum. Tentulah itu mukjizat dari Allah. Namun bila kita baca lagi surat Al Kahfi ayat 17, walaupun mereka berhenti makan minum selama 309 tahun, tetapi masih ada suatu hal yang Allah atur agar tetap mereka dapatkan walau di dalam gua, yaitu sinar matahari;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَتَرَى الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزٰوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَا تَ الْيَمِيْنِ وَاِ ذَا غَرَبَتْ تَّقْرِضُهُمْ ذَا تَ الشِّمَا لِ وَهُمْ فِيْ فَجْوَةٍ مِّنْهُ ۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ ۗ مَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۚ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا
"Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas di dalam (gua) itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 17)

Dari sini kita bisa ambil hikmah betapa pentingnya sinar matahari bagi kelangsungan hidup manusia. Makan minum boleh sementara berhenti, tetapi sinar matahari tetap rutin di dapat setiap hari. Dari ilmu pengetahuan modern dan dari peristiwa pandemi covid 19 ini bisa kita ketahui bahwa ternyata sinar matahari diperlukan tubuh untuk memproduksi vitamin D yang bermanfaat untuk imun tubuh. Itu pun yang baru diketahui oleh ilmu pengetahuan manusia, sangat mungkin masih banyak hal lagi yang belum mampu diungkap manusia tentang manfaat sinar matahari bagi tubuh. Allah yang menciptakan manusia dan alam semesta lah yang lebih tahu.

Kemudian selanjutnya di ayat 19 dikisahkan, setelah bangun, para ashabul kahfi tentulah merasa lapar, maka disuruhlah salah satunya untuk membeli makanan ke kota, namun sebelumnya diberi pesan agar memperhatikan makanan yang akan dibeli, agar memilih makanan yang lebih baik. Jadi, walaupun kelaparan, kualitas makanan harus tetap diperhatikan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَآءَلُوْا بَيْنَهُمْ ۗ قَا لَ قَآئِلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ ۗ قَا لُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۗ قَا لُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ ۗ فَا بْعَثُوْۤا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖۤ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَاۤ اَزْكٰى طَعَا مًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا
"Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, Sudah berapa lama kamu berada (di sini)? Mereka menjawab, Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari. Berkata (yang lain lagi), Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan *hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik*, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 19)

Bila kita baca terjemah dari Kemenag maka kalimat "azka tho'am" diterjemahkan dengan "makanan yang lebih baik". Ada terjemah yang insyaa Allah lebih tepat untuk kata azka, yaitu murni. Jadi "azka tho'am" itu artinya adalah makanan yang murni. Murni itu artinya tidak tercampuri hal hal yg buruk atau terkontaminasi. Misal susu murni itu maksudnya susu yang masih asli dari hewan, tidak diolah dan ditambahi bahan bahan tertentu yang tidak alami. Dari ayat tsb bisa kita ambil hikmah bahwa para pemuda ashabul kahfi ini mempunyai kebiasaan atau pola makan yang baik, yaitu memilih hanya makanan yang murni saja sehingga tubuh merekapun sehat, maka ketika ditidurkan selama 309 tahun pun tetap awet muda.

Sekarang, coba kita lihat pola hidup dan pola makan kita. Kita jarang terkena sinar matahari, apalagi yang kerja kantoran dari pagi sampai petang. Kemudian lihat makanan kita yang sudah tidak murni dengan ditambahkanya pengawet, pewarna dan perasa buatan atau kimia yang itu semua membuat rusak sistem pencernaan kita secara perlahan lahan. Dampaknya mungkin tdk langsung terasa, tapi nanti setelah beberapa tahun maka dampaknya mulai muncul dengan banyaknya penyakit dan keluhan kesehatan.

Dari mengambil ibrah kisah ashabul kahfi tadi, mari kita ikhtiar menguatkan imunitas tubuh kita dengan;

1. Memilih makanan yang murni, tidak berpengawet, berperasa, berpewarna. Ada istilah gaya hidup "Farm to Table", atau dari kebun ke meja (makan). Itu adalah pola makan dengan memakan pangan fresh dari kebun, artinya makanan tsb tdk melalui proses pengolahan berlebihan yg bisa mengakibatkan rusak atau hilangnya zat gizi. Bukankah mirip seperti itu pola makan para penduduk surga? Yaitu mereka memetik buah buahan langsung dari pohon (yg mudah diraih) dan langsung memakanya.

2. Rutin berjemur sinar matahari setiap hari, kurang lebih 15 menit antara jam 10 s.d. 11 pagi sebagaimana disarankan oleh ahli kesehatan. Ada saran yg pernah saya dapat dari dokter, bila kita tak punya banyak waktu, maka bisa berjemur cukup 5 menit saja dng hasil yg maksimal, tetapi syaratnya harus membuka baju atasan, sehingga banyak permukaan tubuh yg terkena sinar matahari.

Semoga dengan ikhtiar tsb, tubuh dan imun kita makin kuat, dan semoga kita semua bisa segera kembali beribadah sholat dengan mengikuti ketentuan fikih secara sempurna serta kita semakin yakin bahwa Al Qur'an adalah mukjizat dari Allah yang menjelaskan segala sesuatu, ...Tibyanallikullisyai'... (QS. An Nahl: 89)

Oleh: Surono Abdurrahman Sorengpati
Disampaikan pada kultum subuh di Masjid Al Iklhas Jaranan Banguntapan Bantul
17 Ramadhan 1442 H

IG @kebunmizan
NewerStories OlderStories Beranda

0 komentar:

Posting Komentar